Mengenai Saya

Foto saya
selamat datang di blog ibu rumah tangga pecinta buku yang merangkap sebagai ownernya frozen food rumahan. di blog ini kamu bakal di manjakan sama aneka makanan, kisah inspiratif, opini sang penulis blog yang terobesesi main film novel buatannya sendiri yang nggak kelar-kelar. siap-siap ngakak juga sama cerita gila yang sesekali bakal meramekan blog perempuan imut ini.
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Nilai sebuah kebahagiaan










lama tak menulis.

saya ingin beri beragam alasan klasik :)

mulai dari sedang fokus dengan segunung buku baru yang harus dilahap secara bersamaan sampai dengan lagi asyik bisnis kuliner, hehehehe *yang ini provit nya menjanjikan ding

apapun intinya, sebenarnya itu cuma alasan belaka saja, buktinya saya masih sempet tuh stalking di media sosial berjam-jam lamanya. dasar saya nya aja yang malesnya kebangetan, waktu senggang bukannya dipake nulis malah cuci mata liat belanjaan online yang menggoda iman :p

nilai sebuah kebahagiaan.

kenapa saya beri judul demikian?

karna dunia kita dipenuhi orang-orang yang doyan mengukur kebahagiaan orang lain. menilai kebahagiaan orang lain secara kasat mata. lupa bahwa apa yang terlihat dan terdengar seringkali tak sama dengan yang dirasakan empunya. 



nggak usah jauh-jauh, saya misalnya. belom nikah, ditanyain mulu kapan nikah, udah punya calon apa belum, kalau udah calonnya orang mana, kerjanya apa, status sosialnya gimana bla bla bla...

ketika saya bilang akan menikah dengan duda beranak dua yang usianya waktu itu 39 tahun, ada pro dan kontra yang disampaikan secara langsung maupun diam-diam dibelakang saya.

"duh, nggak ada pilihan lain Hen selain udah yang beranak gitu, ntar kamu cuma jadi babysitter aja loh!"

"usianya Hen, cari yang seumuran lah, minimal diatas kamu lima tahun, beda tujuh belas tahun mah bencana!"

 "nggak apa-apa beda usianya jauh, mungkin yang itu lebih matang dan bisa ngarahin kamu lebih baik."

"malah enak kalau udah ada anak Hen, rumah rame dan kamu nggak kesepian."

semua komen itu saya telan bulat-bulat. ya, mereka berhak menilai dan memberi saran. saya hanya berfikir positif, kalau pun ada saran yang sedikit mak jleb, komplain lebih tepatnya, itu hanya cara dari orang-orang yang peduli pada saya untuk benar-benar memastikan saya nggak salah pilih. 

selama yang komplain langsung datang pada saya, ngomong secara langsung, dengan senang hati dan lapang dada saya pertimbangkan. justru saya akan berterima kasih karna sudah diperdulikan, dinasehati, bagi saya orang-orang seperti ini dikirim Allah untuk semakin memantapkan niat saya, apakah ingin diteruskan atau tidak.

yang aneh adalah ketika orang yang tidak begitu mengenal saya ikut memberi rate pada pilihan saya lalu kasak kusuk kesana kemari mengomentari hidup saya bahwa kelak saya pasti tidak bahagia, saya pasti sengsara lahir bathin, pokoknya menyesal berat deh...

saya cuma bisa kasih senyum. habis mau kasih apalagi? mw mencak-mencak? 
 

saya nggak bisa begitu. karna masa depan belum terjadi. saya nggak tau akan jadi seperti apa didepan sana nantinya keputusan yang saya ambil waktu itu. modalnya hanya bismillah dan kemantapan hati yang lillah karna Allah swt, saya ingin menikah, ingin memiliki pendamping, imam untuk agama dan hidup saya. dan saya merasa sekufu dengannya maupun sebaliknya. apa itu belum cukup?

yang saya tau, sang calon waktu itu shalatnya bagus. dijaga dengan baik. itu penting untuk saya. karna kalau shalat saja nggak becus gimana urusan lain? shalat adalah tiang utama rumah tangga sakinah. saya butuh imam yang demikian dan sudah saya dapatkan. sisanya, biar Allah yang jamin. 

ada yang bilang, shalat itu bukan harga mati akhlak seseorang terjamin baik, bisa aja banyak sifat buruk lainnya dalam dirinya. anyway, kamu yang ngomong gini shalat berapa kali dalam sehari? lalu apakah prilakumu sempurna?



manusia itu hitam putih. punya sisi baik dan buruk dalam dirinya masing-masing. setan pasti selalu menggoda untuk melakukan yang hitam. tinggal manusianya pilih yang mana.

hari ini saya memeluk lengan suami dan bilang, "pak Habibie sudah 80 tahun lebih usianya, saya tidak bisa berhenti berharap semoga umur kamu panjang seperti beliau, kita bisa bersama-sama 40 tahun lagi, sampai kamu jelek dan tak bergigi."

suami saya tertawa, "mana mungkin saya bisa jadi jelek kalau istrinya seperti kamu, yang selalu jatuh cinta setiap hari dengan suaminya sendiri. "

dia benar.

rumah tangga kami, dan semua orang diluar sana pasti pernah punya masa-masa sulit. tapi bukan berarti tidak bahagia, sengsara dan merana seperti yang diramalkan sebagian orang yang merasa dirinya dewa.




bahkan tanpa bilang, "saya bahagia" saja semua orang pasti bisa merasakan bagaimana bahagianya saya. lelaki ini selalu mau berusaha menyenangkan hati istrinya dengan cara-cara manis yang meluluhkan hati.

contoh kecil adalah ketika sepulang meeting, sudah senja dan sebentar lagi adzan maghrib, hujan pula, dia memetik setangkai mawar sampai tertusuk duri untuk dihadiahkan kepada saya dirumah yang memang cinta sekali pada apapun berbau mawar. foto ini adalah saksi. kenang-kenangan. dipotret diam-diam oleh rekan kerjanya lalu dimasukan ke grup whatshapp, suami saya saja kaget tak menyangka akan difoto segala. 



untuk ukuran lelaki yang sekarang usianya sudah 41 tahun tapi masih mau seperti ini untuk istrinya, bagi saya ini luarrr biasa. biasanya lelaki umur segini jarang sekali ada yang mau terang-terang memperlakukan istri dengan cara yang membuatnya merasa istimewa dan... cantik.

ya, saya merasa cantik ketika suami memberikan hal-hal spesial. 

bersama sang mawar


saya kegirangan berhari-hari lamanya. mau masak, mandi, beres-beres, selalu senyum-senyum sendiri tiap ingat hal ini, semakin bahagia saat masuk ke kamar dan menemukan setangkai mawar disudut meja.

suami saya mungkin paham, istrinya masih 24 tahun, masih perlu dimanjakan dengan romansa. dan beliau menyesuaikan diri. sama seperti saya, tidak keberatan ketika malam minggu yang bagi pasangan muda wajib diisi dengan jalan-jalan, kami menghabiskannya dirumah. suami ngemil kue-kue buatan saya sambil nonton komedi, saya main medsos sambil baca buku. 

sekarang saya sudah menikah, sudah memasuki tahun ketiga. dan pertanyaan orang-orang pun sudah berubah. sekarang pertanyaannnya selalu, "kapan punya momongan, Hen?"

saya bisa memahami jika pertanyaannya adalah, sudah punya momongan belum? tapi kata kapan, saya rasa itu bukan saya yang bisa menjawabnya. tapi Allah. karna yang punya kuasa meniupkan ruh ke dalam rahim saya hanyalah Dia. saya tidak tau kapan Allah akan memberikan rejeki itu. saya cuma bisa percaya bahwa Tuhan saya yang paling tahu kapan saat terbaik memberikan anugrahnya pada kami. 

apa disini saya sedang protes pada pertanyaan orang-orang? 

sama sekali tidak. memang begitu mekanismenya. hidup ini kita yang jalanin, orang lain yang komentarin :)

saya tidak tersinggung apalagi marah jika ditanya setiap bertemu seminggu atau sebulan sekali kapan punya momongan, sudah isi atau belum, saya lagi-lagi hanya senyum saat yang nanya tak hanya pasang tampang kecewa setelah mendengar jawaban saya, melainkan langsung mendeskripsikan bahwa pernikahan saya bermasalah karna faktor keturunan. saya bisa apa selain kasih senyum? kebahagiaan itu adanya dihati saya, bagaimana saya menunjukkannya? belah dada? kan ekstrem, hehee...

tapi saya terima kasih untuk yang habis nanya lalu dapat jawaban belum langsung memeluk saya hangat, kasih support dan bilang sabar, plus kasih tips-tips jitu untuk berikhtiar lebih keras. orang-orang dengan pribadi begini saya yakin pemikirannya luas, karna sikapnya bijak.

kemarin saya habis ngunjungin teman yang sakit di RS. ibu beranak empat. ada dua jam kita ngobrol ngalor ngidul. ibu cantik ini, bercerita banyak hal pada saya. makasih ya ibu sudah berbagi. beliau menceritakan bagaimana suka dukanya senang bahagianya plus rempong-rempongnya punya anak banyak.

beliau tampak bahagia dengan kehidupannya. anak-anaknya baik dan menyenangkan meski kadang sedikit merempongkan sang ibu, khas nya anak-anak lah ya...

tapi di akhir cerita beliau bilang, "dulu saya juga pengen seperti mbak yang produktif, bisa ikut banyak kegiatan ini itu, bisa merampungkan cita-cita dll, tapi keburu punya anak banyak mba, suami saya nggak ngizinin ikut ini itu nanti anak-anak terbengkalai apalagi saya punya bayi."

saya melihat ada raut sedih dan kecewa di mata si ibu. saya yakin beliau tidak menyesali hidupnya apalagi dengan hadirnya anak yang lucu-lucu, tapi tetap saja sebagai wanita yang punya banyak mimpi, bisa bergelut mewujudkan mimpi tersebut adalah bagian dari semangat hidup. gairah hidup yang tentunya amat sangat menyenangkan. 



suami saya sampai saat ini mengijinkan saya punya kesibukan produktif seperti bisnis kuliner, online shop, kursus menjahit, kecantikan dan tata boga karna saya belum punya bayi. anak-anak kami sudah besar, sudah SMP, bisa pakai baju sendiri dan tak mungkin disuapi. beda hal nya kalau punya bayi, beliau sudah wanti-wanti, kalau ada bayi, saya harus fokus ke bayinya sampai bayinya berumur 7 tahun :)

ilustrasi rempongnya si baby unyu


pemikiran positif saya, Allah baik banget. Allah tahu saya normalnya sebagai wanita jelas pengen punya bayi, tapi Allah lebih tahu didalam hati saya ada banyak mimpi yang ingin saya realisasikan terlebih dahulu, saya diberi kesempatan untuk belajar, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. saya diizinkan untuk fokus ke hal lain dulu. kesempatan yang langka. kelak jika saatnya tiba, jika Allah berikan saya anak-anak yang banyak, maka saat itu saya sudah siap menjadi ibu yang punya banyak bekal ilmu bermanfaat untuk diwariskan pada mereka semua.  karna ilmu yang bermanfaat adalah satu dari tiga yang kelak tidak akan putus meski kita sudah meninggal sekalipun.

saya sering tanya suami, "kamu pengen punya bayi? kamu nggak sedih sekarang belum ada? anak-anak sudah besar, mereka mulai punya dunianya sendiri, namanya juga fase remaja, seperti kita dulu juga."

"aku pengen banget punya bayi, yank. tapi bukan berarti aku sedih lah kalau nggak ada. ada aku bersyukur, belum ada juga nggak masalah kita bisa pacaran lebih intens." senyumnya ganjen, bikin saya kelepek-kelepek hahahahaa



suami selalu support jika terkadang saya down, iri liat baby orang lucu banget. beliau bilang, nanti kita punya kembar tiga. pokoknya banyak deh. ada loh kenalanku yang sama-sama sehat malah baru dikaruniakan bayi setelah belasan tahun menikah. dan ya, kemarin kami hadir di aqiqah pasangan bahagia yang telah menunggu setelah sekian lama itu. 

kamu, yang sering ku tanya saat beranjak tidur, " apakah kamu bahagia menikah denganku?"

"sangat." 

menjadi jawaban terindah penjemput mimpi malam hari sampai pagi kembali bertandang.



saya percaya, Allah sedang merencanakan sesuatu yang lebih sempurna untuk kami. kami diminta untuk menguatkan pondasi rumah tangga ini terlebih dahulu. membangunnya perlu waktu tak sebentar, perlu waktu bertahun-tahun lamanya sampai kokoh, agar kelak tak ada sebab lagi yang bisa membuat iblis tertawa terbahak-bahak karna berhasil menumbangkan ladang amal kami dengan badai pernikahan yang besar.

rejeki, maut, jodoh, semuanya mutlak urusan Allah, kita hanya disuruh ikhtiar dan berdoa, sisanya serahkan saja pada yang Maha memberi. selalu ada hikmahnya kenapa Allah menunda sesuatu untuk kita. Allah lebih tahu kapan saat terbaik memberikan rejeki yang ini, hadiah yang itu bagi hambanya yang bersabar dan tau bagaimana caranya memanfaatkan waktu sembari menunggu. 

jadi kalau kalian fikir dengan belum hadirnya bayi diantara kami maka tak ada kebahagiaan... 

mungkin memang sedangkal itu pemikiran kalian.

tapi tidak bagi kami. bumi Allah ini luas. ada jutaan jenis kebahagiaan yang bisa kami miliki, mengapa gusar hanya karna satu yang masih Allah tunda sedangkan gantinya adalah seribu?

punya suami yang sifatnya meneduhkan hati istri setiap hari itu kebahagiaan.
punya anak-anak yang sudah besar, mandiri dan sangat menghormati orangtuanya itu kebahagiaan.
punya keluarga yang selalu support dalam keadaan apapun itu kebahagiaan.
punya sahabat setia yang selalu ada kapan pun dibutuhkan itu juga kebahagiaan.
punya waktu yang banyak untuk me time itu adalah kebahagiaan.
punya kesempatan belajar banyak hal dan menuntut ilmu itu kebahagiaan.

betapa hidup ini sedemian indahnya untuk disyukuri, dijalani dengan kalimat hamdalah setiap hari, maka selalu Allah tambah nikmatnya bagi siapa saja yang pandai mensyukuri. 

bahagia itu dihati. pancarannya di wajah yang berseri.  apa wajah saya kurang berseri? :p















































































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS